Baca Juga
Sebagai seorang muslim yang hidup di kalangan kaum kafir Quraisy dan juga statusnya yang masih budak, Bilal bin Rabbah kerap sekali mendapat siksaan, dan kejejaman yang mendera tubuhnya. Akan tetapi, sebagaimana kaum muslim lainya, ia tetap sabar dan bertahan di jalan Allah.
Orang-orang Islam lainya seperti Abu Bakar dan Ali masih beruntung memiliki suku serta memiliki keluarga yang dapat membela mereka. Berbeda dengam Bilal, ia tak memiliki siapapun. Sehingga, para kaum kafir Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Hal itu dijadikan contoh agar orang-orang tidak berani mengikuti jalan Bilal untuk memeluk Islam.
Kaum kafir Quraisy memang sangat kejam dalam menyiksa kaum tertindas seperti Bilal. Pernah suatu ketika, Sumayyah dibunuh oleh Abu Jahal. Pertama-tama ia dicaci maki, lalu kemudian Abu Jahal menghujamkam tombak pada perut Sumayyah hingga menembus punggung. Maka, gugurlah Syuhada' pertama dalam sejarah Islam.
Tak cukup sampai disitu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah yaitu Bilal bin Rabbah terus saja disiksa oleh kaum kafir Quraisy. Biasanya ketika terik matahari tepat diatas ubun-ubun dan padang pasir Makkah berubah menjadi perapian, orang-oramg Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang islam. Lalu memakaikan baju besi pada tubuh mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari.
Orang-orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal ialah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung Bilal dengan cambuk, namun ia hanya berkata, "ahad, ahad...."
Orang-orang Quraisy menindih dada Bilal dengan batu besar yang panas. Ketika itu ia hanya berkata, "ahad, ahad...."
Mereka semakin meningkatkan siksaanya, akan tetapi Bilal bin Rabbah tetap berucap, "ahad, ahad..."
Mereka memaksa Bilal bin Rabbah agar memuji Latta dan Uzza. Mereka terus memaksanya sambil berujar, "ikutilah yang kami katakan!"
Bilal menjawab, "lidahku tak bisa mengatakanya"
Jawaban ini membuat siksaan Bilal semakin pedih. Ketika mereka mulai bosan, Umayah bin Khalaf mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar. Lalu diserahkanya kepada orang lain. Terkadang ia menyerahkan kepada anak-anak agar menariknya di jalanan, sekaligus menyeretnya di Abthah Makkah.
Suatu ketika, Abu Bakar mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal bin Rabah. Umayah menaikkan harganya berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tak akan membelinya. Namun, ternyata Abu Bakar setuju dan kesepakatan berada di harga 9 uqiyah emas.
1 uqiyah harganya senilai 31,7475 g emas. Atau setara 7,4 dinar emas. Tinggal mengalikan saja bila 1 dinar emas seharga Rp 2.370.000,00 maka 9 x 7,4 x 2.370.000 maka, harganya kurang lebih 157 juta.
Selesai transaksi, maka Abu Bakar memberi tahu kepada Nabi Muhammad Saw. Ia menceritakan bahwa ia telah membeli budak muslim dengan harga 9 uqiyah emas. Nabi berkata, "kalau begitu biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya wahai Abu Bakar"
Abu Bakar menjawab, "aku telah memerdekakanya"
Setelah merdeka, Bilal tinggal di Madinah jauh dari siksaan kaum kafir Quraisy. Ia tinggal dengan tenang. Ia juga senantiasa mengikuti Nabi Muhammad Saw. Kemanapin beliau pergi, Bilal senantiasa bersamanya.
Ketika Nabi membangun Masjid Nabawi, Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan adzan.
Bilal bin Rabbah juga menyertai Nabi dalam perang Badar. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri betapa Allah Swt memenuhi janjinya. Ia juga menyaksikan para pembesar Quraisy seperti Umayyah dan Abu Jahal yang tersungkur tewas terkena tombak kaum muslimin.
Ketika Nabi menaklukkan kota Makkah, beliau berjalan di depan pasukan hijaunya bersama sang pengumandang langit Bilal bin Rabbah. Saat masuk ke Ka'bah beliau hanya ditemani tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah: pembawa kunci Ka'bah, Usamah bin Zaid : kekasih Nabi, dan putra dari kekasihnya Bilal bin Rabah.
Setelah Nabi menghembuskan nafas terakhir, Bilal maju dan berdiri untuk mengumandangkan adzan. Jasad Nabi masih dihadapanya.
Saat sampai kalimat , "Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah" tiba-tiba suaranya hilang. Kaum muslimin yang hadir disana tak kuasa menahan tangis. Maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin haru biru.
Sejak kepergian Nabi Muhammad Saw, Bilal hanya mampu mengumandangkan adzan tiga kali. Setelah kalimat , "Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah" ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya.
Oleh karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar sebagai Khalifah Nabi agar ia diperkenankan untuk tidak mengumandangkan adzan lagi. Karena, ia tidak sanggup melakukanya.
Suatu hari dalam pertemuan Al Faruq, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar kembali mengumandangkan adzan, akan tetapi mereka semua kembali menangis tersedu-tersedu karena ingat masa-masa Bilal bersama sang Nabi.
Sejak saat itu Bilal tetap tinggal Damaskus hingga wafat. Ada beberapa pendapat tentang kematian Bilal bin Rabah. Salah satu pendapat mengatakan bahwa Bilal meninggal dunia pada perang Badar tahun 20 H.
Orang-orang Islam lainya seperti Abu Bakar dan Ali masih beruntung memiliki suku serta memiliki keluarga yang dapat membela mereka. Berbeda dengam Bilal, ia tak memiliki siapapun. Sehingga, para kaum kafir Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Hal itu dijadikan contoh agar orang-orang tidak berani mengikuti jalan Bilal untuk memeluk Islam.
Kaum kafir Quraisy memang sangat kejam dalam menyiksa kaum tertindas seperti Bilal. Pernah suatu ketika, Sumayyah dibunuh oleh Abu Jahal. Pertama-tama ia dicaci maki, lalu kemudian Abu Jahal menghujamkam tombak pada perut Sumayyah hingga menembus punggung. Maka, gugurlah Syuhada' pertama dalam sejarah Islam.
Tak cukup sampai disitu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah yaitu Bilal bin Rabbah terus saja disiksa oleh kaum kafir Quraisy. Biasanya ketika terik matahari tepat diatas ubun-ubun dan padang pasir Makkah berubah menjadi perapian, orang-oramg Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang islam. Lalu memakaikan baju besi pada tubuh mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari.
Orang-orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal ialah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung Bilal dengan cambuk, namun ia hanya berkata, "ahad, ahad...."
Orang-orang Quraisy menindih dada Bilal dengan batu besar yang panas. Ketika itu ia hanya berkata, "ahad, ahad...."
Mereka semakin meningkatkan siksaanya, akan tetapi Bilal bin Rabbah tetap berucap, "ahad, ahad..."
Mereka memaksa Bilal bin Rabbah agar memuji Latta dan Uzza. Mereka terus memaksanya sambil berujar, "ikutilah yang kami katakan!"
Bilal menjawab, "lidahku tak bisa mengatakanya"
Jawaban ini membuat siksaan Bilal semakin pedih. Ketika mereka mulai bosan, Umayah bin Khalaf mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar. Lalu diserahkanya kepada orang lain. Terkadang ia menyerahkan kepada anak-anak agar menariknya di jalanan, sekaligus menyeretnya di Abthah Makkah.
Suatu ketika, Abu Bakar mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal bin Rabah. Umayah menaikkan harganya berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tak akan membelinya. Namun, ternyata Abu Bakar setuju dan kesepakatan berada di harga 9 uqiyah emas.
1 uqiyah harganya senilai 31,7475 g emas. Atau setara 7,4 dinar emas. Tinggal mengalikan saja bila 1 dinar emas seharga Rp 2.370.000,00 maka 9 x 7,4 x 2.370.000 maka, harganya kurang lebih 157 juta.
Selesai transaksi, maka Abu Bakar memberi tahu kepada Nabi Muhammad Saw. Ia menceritakan bahwa ia telah membeli budak muslim dengan harga 9 uqiyah emas. Nabi berkata, "kalau begitu biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya wahai Abu Bakar"
Abu Bakar menjawab, "aku telah memerdekakanya"
Setelah merdeka, Bilal tinggal di Madinah jauh dari siksaan kaum kafir Quraisy. Ia tinggal dengan tenang. Ia juga senantiasa mengikuti Nabi Muhammad Saw. Kemanapin beliau pergi, Bilal senantiasa bersamanya.
Ketika Nabi membangun Masjid Nabawi, Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan adzan.
Bilal bin Rabbah juga menyertai Nabi dalam perang Badar. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri betapa Allah Swt memenuhi janjinya. Ia juga menyaksikan para pembesar Quraisy seperti Umayyah dan Abu Jahal yang tersungkur tewas terkena tombak kaum muslimin.
Ketika Nabi menaklukkan kota Makkah, beliau berjalan di depan pasukan hijaunya bersama sang pengumandang langit Bilal bin Rabbah. Saat masuk ke Ka'bah beliau hanya ditemani tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah: pembawa kunci Ka'bah, Usamah bin Zaid : kekasih Nabi, dan putra dari kekasihnya Bilal bin Rabah.
Setelah Nabi menghembuskan nafas terakhir, Bilal maju dan berdiri untuk mengumandangkan adzan. Jasad Nabi masih dihadapanya.
Saat sampai kalimat , "Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah" tiba-tiba suaranya hilang. Kaum muslimin yang hadir disana tak kuasa menahan tangis. Maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin haru biru.
Sejak kepergian Nabi Muhammad Saw, Bilal hanya mampu mengumandangkan adzan tiga kali. Setelah kalimat , "Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah" ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya.
Oleh karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar sebagai Khalifah Nabi agar ia diperkenankan untuk tidak mengumandangkan adzan lagi. Karena, ia tidak sanggup melakukanya.
Suatu hari dalam pertemuan Al Faruq, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar kembali mengumandangkan adzan, akan tetapi mereka semua kembali menangis tersedu-tersedu karena ingat masa-masa Bilal bersama sang Nabi.
Sejak saat itu Bilal tetap tinggal Damaskus hingga wafat. Ada beberapa pendapat tentang kematian Bilal bin Rabah. Salah satu pendapat mengatakan bahwa Bilal meninggal dunia pada perang Badar tahun 20 H.
-Para Sahabat Nabi-
Oleh Abdurrahman bin Abdul Karim
loading...
0 Response to "Biografi Sahabat Nabi - Bilal bin Rabbah"
Post a Comment