Ketentuan Pernikahan Dalam Islam

Baca Juga

Pernikahan ialah hal yang sangat diimpikan bagi setiap insan manusia di bumi ini. Tidak mengenal apakah dia beragama islam, kristen, hindu, atau budha. Baik itu laki - laki atau perempuan. 

Menikah dalam islam ialah ibadah yang sangat dianjurkan. Karena dengan menikah sebagian hal yang sebelumnya dilarang karena dosa akan menjadi halal. 

Disamping itu, menikah mempunyai fadzilah atau keutamaan yang sangat besar di dalamnya. Diantaranya untuk menjalin silaturahmi dan membangun keluarga dan memiliki keturunan

Pernikahan Dalam Islam

Dalam islam zina adalah haram, sehingga solusinya ialah menikah. Seperti yang sudah tercantum dalam ayat :

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا
Terjemah Arti: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Q.S Al - Isra' : 32)

Akan tetapi, pernikahan dalam hukum islam mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Dan untuk dasar hukumnya ialah mengikuti hukum Al Quran dan Sunnah

Syarat Nikah


(فصل): فيما لا يصح النكاح إلا به (ولا يصح عقد النكاح إلا بولي عدل) وفي بعض النسخ بولي ذكر، وهو احتراز عن الأنثى، فإنها لا تزوج نفسها ولا غيرها (و) لا يصح عقد النكاح أيضاً إلا بحضور (شاهدي عدل) وذكر المصنف شرط كل من الولي والشاهدين في قوله (ويفتقر الولي والشاهدان إلى ستة شرائط)

الأول (الإسلام) فلا يكون ولي المرأة كافراً إلا فيما يستثنيه المصنف بعد.

(و) الثاني (البلوغ) فلا يكون ولي المرأة صغيراً.

(و) الثالث (العقل) فلا يكون ولي المرأة مجنوناً سواء أطبق جنونه أو تقطع.

(و) الرابع (الحرية) فلا يكون للولي عبداً في إيجاب النكاح، ويجوز أن يكون قابلاً في النكاح

(و) الخامس (الذكورة) فلا تكون المرأة والخنثى وليين (و) السادس (العدالة) فلا يكون الولي فاسقاً، واستثنى المصنف من ذلك ما تضمنه قوله (إلا أنه لا يفتقر نكاح الذمية إلى إسلام الولي ولا) يفتقر (نكاح الأمة إلى عدالة السيد) فيجوز كونه فاسقاً وجميع ما سبق في الولي يعتبر في شاهدي النكاح، وأما العمى فلا يقدح في الولاية في الأصح

(وأولى الولاة) أي (أحق الأولياء بالتزويج الأب ثم الجد أبو الأب) ثم أبوه وهكذا ويقدم الأقرب من الأجداد على الأبعد (ثم الأخ للأب والأم) ولو عبر بالشقيق لكان أخصر (ثم الأخ للأب ثم ابن الأخ للأب والأم) وإن سفل (ثم ابن الأخ للأب) وإن سفل (ثم العم) الشقيق ثم العم للأب (ثم ابنه) أي ابن كل منهما وإن سفل (على هذا الترتيب) فيقدم ابن العم الشقيق على ابن العم للأب (فإذا عدمت العصبات) من النسب

(فالمولى المعتق) الذكر (ثم عصباته) على ترتيب الإرث أما المولاة المعتقة إذا كانت حية، فيزوج عتيقها من يزوج المعتقة بالترتيب السابق في أولياء النسب، فإذا ماتت المعتقة زوج عتيقتها من له الولاء على المعتقة، ثم ابنه ثم ابن ابنه (ثم الحاكم) يزوج عند فقد الأولياء من النسب والولاء، ثم شرع المصنف في بيان الخطبة بكسر الخاء. وهي التماس الخاطب من المخطوبة النكاح فقال (ولا يجوز أن يصرح بخطبة معتدة) عن وفاة أو طلاق بائن أو رجعي، والتصريح ما يقطع بالرغبة في النكاح كقوله للمعتدة أريد نكاحك

(ويجوز) إن لم تكن المعتدة عن طلاق رجعي (أن يعرض لها) بالخطبة (و ينكحها بعد انقضاء عدتها) والتعريض ما لا يقطع بالرغبة في النكاح، بل يحتملها كقول الخاطب للمرأة رب راغب فيك، أما المرأة الخلية عن موانع النكاح، وعن خطبة سابقة، فيجوز خطبتها تعريضاً وتصريحاً (والنساء على ضربين ثيبات وأبكار) والثيب من زالت بكارتها بوطء حلال أو حرام والبكر عكسها

(فالبكر يجوز للأب والجد) عند عدم الأب أصلاً أو عدم أهليته (إجبارها) أي البكر (على النكاح) إن وجدت شروط الإجبار بكون الزوجة غير موطوءة بقبل، وأن تزوج بكفء بمهر مثلها من نقد البلد (والثيب يجوز) لوليها (تزويجها إلا بعد بلوغها وإذنها) نطقاً لا سكوتاً.(فتح القريب)


Syarat Nikah dalam kitab "Fathul Qorib" diantaranya :

1. Adanya Wali Nikah
Wali nikah ini disebutkan dalam kitab lain haruslah laki -laki dan bukanya wanita. Jadi tidak akan sah jika seorang Wanita menikahkan dirinya sendiri atau menikahkan orang lain.

2. Adanya Saksi Nikah yang adil
Adil dalam hal ini tentu saja saksi yang bisa dipertanggungjawabkan sifat Wira'inya  atau bukanlah seorang yang Munafik.

Syarat Wali dan Saksi
  • Islam (bukan orang Kafir)
  • Baligh (bukan anak kecil)
  • Berakal (tidak gila/ayan)
  • Merdeka (bukan Budak)
  • Laki - laki 
  • Mempunyai sifat Adil
Urutan Wali Nikah 
  • Ayah
  • Kakek
  • Ayahnya kakek (kakek yang lebih dekat dengan wanita yang hendak dinikahkan harus lebih diutamakan)
  • Saudara lelaki seayah seibu (kandung)
  • Saudara laki - laki (seayah)
  • Anak laki - laki (seayah hingga ke bawah )
  • Anak laki - lakinya saudara laki - laki seayah
  • Paman dari jalur ayah (seayah seibu)
  • Paman dari jalur ayah (seayah)
  • Anak laki - laki paman (anak laki paman yang seayah seibu didahulukan dari pada anak paman yang seayah)
  • Jika ahli ashabah dari jalur nasab sudah tidak ada, maka yang berhak menikahkan adalah majikan laki-laki yang telah memerdekakannya.
  • Kemudian ahli ashabah majikan tersebut sesuai dengan urutan di dalam masalah warisan.
  • Adapun majikan wanita yang telah memerdekakan ketika ia masih hidup, maka yang berhak menikahkan wanita yang telah ia merdekakan adalah orang yang berhak menikahkan majikan tersebut sesuai dengan urutan yang telah dijelaskan di dalam urutan wali dari jalur nasab.
  • Jika majikan wanita yang telah memerdekakan tersebut telah meninggal dunia, maka yang menikahkan wanita yang telah dimerdekakan olehnya adalah orang yang mendapat waris wala’ dari majikan wanita tersebut, kemudian anak laki-lakinya, lalu cucu laki-laki dari anak laki-lakinya.
  • Kemudian seorang Hakim berhak menikahkan ketika wali dari jalur nasab dan wala’ sudah tidak ada.
Khitbah / Lamaran

Khitbah / lamaran adalah permintaan seorang laki - laki yang melamar seorang wanita untuk dinikahi. Tidak diperkenankan seseorang melamar wanita yang sedang ditolak iddah wafat, talaq Ba'in. talaq Raj'i dengan bahasa Sarih (terang - terangan|).

Sarih adalah bahasa terang - terangan contohnya "Aku ingin menikahi kamu".

Jika seorang wanita yang sedang iddah namun bukan iddah talak raj’i, maka diperkenankan melamarnya dengan ta’ridl (bahasa sindiran), dan menikahinya setelah iddahnya selesai.

Ta’ridl adalah ungkapan yang tidak secara tegas menunjukkan keinginan untuk menikahinya akan tetapi hanya ihtimal (mirip-mirip) saja, seperti ungkapan seorang lelaki yang ingin melamar pada seorang wanita, “banyak sekali laki-laki yang menyukaimu.”

Wanita Janda dan Perawan

Wanita terbagi menjadi dua wanita Janda dan Perawan. 

Janda adalah seorang wanita yang telah hilang "keperawananya" disebabkan kawin secara halal atau haram. Perawan adalah sebaliknya janda. Seorang perawan diperkenakan kepada ayah atau kakeknya untuk dipaksa menikah. Dengan syarat sang wanita belum pernah diakwini vaginanya. Kemudian dinikahkan dengan laki- laki sepadan derajatnya dan dengan mas kawin daerah setempat.

Sedangkan wanita janda tidak diperkenankan bagi walinya menikahkan kecuali setelah wanita tersebut baligh dan memberi izin dengan "ucapan" tidak dengan "diam saja".

Untuk lebih jelasnya tentang fiqih islam - bab nikah bisa buka file pdf ini 


Itulah yang bisa admin sampaikan. semoga bermanfaat. Terimakasih.
loading...

Related Posts:

0 Response to "Ketentuan Pernikahan Dalam Islam"

Post a Comment